Sabtu, 28 September 2013

Hakekat Utama dan Satu-satunya cara untuk Memperbaiki Nasib

Banyak orang yang menghadapi rintarngan dalam perjalanan hidupnya. Kegagalan dalam usaha atau kegagalan dalam perkawinan maupun penderitaan Penyakit. Ada banyak orang miskin mengalami keberhasilan, namun ada juga orang yang sudah sukses mengalami kegagalan. Terasa benar bahwa manusia benar-benar terikat kuat oleh Nasib yang telah ditakdirkannya. Segala sukses dan kegagalan, kegembiraan dan kesedihan, pertemuan dan perpisahan, berbagai macam kejadian, semuanya dikendalikan oleh Nasib dan Takdir, sedikitpun tidak dapat meloloskan diri dari Nasib yang telah ditakdirkan. Tidak sedikit orang yang berusaha merubah nasibnya, namun lebih banyak orang yang tidak tahu bagaimana dan apa prinsip utama untuk merubah nasib, dan memang tidak mendapatkan cara yang tepat, sehingga akhirnya menjadi sia-sia belaka.
Sebenarnya Nasib bisa dirubah, Bagaimana merubah dan memperbaiki Nasib yang telah ditakdirkan? (www.tekanini.com/hennylia)  , untuk menjawab pertanyaan ini, pertama harus mengerti dahulu bagaimana terjadi " Nasib yang baik dan Nasib yang buruk itu", dan yang lebih perlu diketahui ialah " Siapa yang berperan dalam menguasai Nasib?"

Bagaimana Terjadinya Nasib baik dan Nasib buruk.
Ada yang mengatakan bahwa : bayi yang begitu dilahirkan dan meninggalkan rahim ibunya, lalu menangis, takala itu telah ditentukan Nasibnya. Bahagia tidak hidup ini sepenuhnya tergantung dari pemberian PENGUASA (Pemeran pokok yang menguasai Nasib Manusia).
Ternyata jarak antara kaya dan miskin manusia itu sangat besar skalanya. Jadi anugerah PENGUASA bukanlah sangat tidak adil.
Bagi orang miskin, terkadang akan bertanya :"Mengapa orang lain kaya raya dan selalu berhasil sedangkan aku terlunta-lunta?" (www.tekanini.com/hennylia)
Begitupun bagi orang yang gagal dalam perkawinannya, dikala gelisah dan tidak dapat tidur, iapun bertanya pada dirinya: "Mengapa orang lain hidup rukun dan bahagia sampai tua, sedangkan aku disia-siakan?"
Bagi orang yang  dirong-rong penyakit, maka dalam penderitaannya dan dikala ia bertemu dengan orang yang sehat, iapun akan berguman pada dirinya: "Mengapa orang lain sehat dan berusia panjang, sedangkan aku menderita penyakit?"
Bahkan pada saat kita mambaca koran, kita melihat berita musibah tak terduga, sambil menarik napas panjang sambil berguman akan berkata: "Mengapa ia mendapatkan nasib yang demikian, kasihan sekali".



Bagaimana menjawab pertanyaan semacam ini? nantikan di sambungan berikutnya.......